Thursday, February 16, 2012

Mitos Salah tentang Seks

Usia dewasa dan pendidikan tinggi, bukanlah jaminan seseorang mengerti dan paham akan masalah seks dan seksualitas secara dewasa. Padahal dalam menjalani kehidupan seks yang sehat haruslah dengan pemikiran yang dewasa dan mengerti seputar seksualitas dengan baik dan benar.

Tapi sayangnya, meski usia sudah dewasa, bahkan bagi yang sudah menikah dan punya anak sekalipun, kadang-kadang masih banyak orang berpikiran sempit mengenai masalah seks.


Memang orang yang belum memiliki pemikiran dewasa akan lebih mudah terpengaruh oleh mitos-mitos yang beredar di masyarakat, meski mitos tersebut tidak benar dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, termasuk soal seks.
Berikut beberapa ciri orang yang belum dewasa merespons soal seks:


1. Menganggap penis besar selalu lebih baik
Ukuran kelamin pria sering menjadi pembicaraan karena ada kepercayaan umum yang menganggap semakin besar penis akan semakin baik dalam memuaskan pasangan. Padahal tidak semua orang menyukai penis dengan ukuran besar. Di kalangan gay, tidak semua pria gay menyukai penis besar, karena pria gay bot akan merasa kesakitan dan tersiksa dengan ukuran penis besar. Dalam oral seks pun, penis besar cenderung bikin mulut cape dan tersedak hingga berakibat sering mau muntah.


"Hal yang terpenting adalah bukan panjangnya penis, melainkan seberapa kerasnya ereksi penis," ujar dr. Andri Wanananda MS yang juga anggota Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI). Ditambahkan bahwa tingkat kepuasan dan kenikmatan bukan ditentukan oleh besarnya ukuran, tetapi oleh metode dan teknik ML serta ikatan emosional.

2. Keyakinan bahwa seks oral lebih aman dari seks anal atau vaginal.
Nampaknya oral seks memiliki stigma "bebas" dan “aman” sejauh hubungan seksual. Ya, itu tidak dihitung sebagai seks bagi sebagian orang. Dan ya, ada persepsi yang menganggap seks oral tidak berbahaya. Padahal seks oral juga sama bahayanya, karena kita bisa mendapatkan penyakit menular seksual dari seks oral.


Karena masih ada pertukaran cairan, yang berarti bahwa penyakit dapat memasuki tubuh melalui luka atau luka kecil di mulut dan tenggorokan (entah luka kecil karena makanan, atau karena sariawan). Hepatitis A, B, C akan mudah menular melalui oral seks. Bahkan kuman Gonorhea (kencing nanah) juga dapat menyerang tenggorokan meskipun tidak ada perlukaan di dalam mulut. Belum lagi penyakit TBC mudah menular melalui kontak ciuman.


3. Banyak pengalaman seksual, pasti bisa memuaskan pasangan.


Tidak juga. Memang kebanyakan orang berpendapat bahwa seseorang yang tahu banyak hal soal seks dan telah berpengalaman akan lebih baik daripada pemula. Yah, teknisnya sih begitu. Tapi seks yang memuaskan tidak hanya berkaitan dengan teknik dan genital, tapi juga persepsi dan mekanisme kerja otak, dan tentu saja definisi seks yang memuaskan bagi tiap orang itu berbeda-beda. Belum lagi keterkaitan emosional antara kedua belah pihak juga memegang peran penting dalam kepuasan seks.


4. Anak remaja alias brondong lebih bebas penyakit.


Tidak juga. Ada anggapan sebagian kalangan gay, bahwa bercinta dengan anak-anak remaja belia yang bersih dan tampan lebih bebas dari tertular penyakit menular seksual. Karena dianggap pengalaman anak muda masih terbatas dan belum banyak dijamah oleh pria gay yang lain. Padahal fakta menyebutkan, mereka yang remaja ini cenderung aktif secara seks karena gejolak libido usia remaja, belum lagi yang pernah mengalami kekerasan seksual (diperkosa oleh gay dewasa) saat masih kecil.

Bahkan, kasus HIV/AIDS di Indonesia justru didominasi oleh kalangan remaja dan usia produktif (sebesar 85%). Bahkan di Malang, penderita HIV/AIDS dari kalangan gay justru didominasi kalangan remaja belia, sebesar 65,64% (laporan Dinas Kesehatan Kota Malang).


5. Pemula (new comer) lebih diminati daripada yang sudah lama.
Banyak pernyataan dari kalangan gay yang mengaku dirinya masih baru, masih pemula, masih new comer, masih virgin, masih perjaka, belum banyak kenal, perlu diajari. Biasanya gay yang mengaku jika dirinya masih new comer atau pemula tersebut terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah gay yang memang betul-betul pemula dan masih belum ngerti apa-apa soal dunia gay. Sedangkan kelompok kedua adalah gay yang merasa tidak percaya diri (PD) dengan kondisi fisiknya, serta gay yang merasa kurang diminati oleh gay lain.

Sehingga mereka memasang strategi dan pengakuan jika masih pemula. Beberapa gay lain, cukup meminati gay pemula, karena ada anggapan masih “bersih” dan belum terkontaminasi hiruk-pikuknya intrik di dunia gay. Namun sebagian lain melihat, status pemula atau sudah lama, tidak menjadi soal tetapi fisik dan performance yang menarik lebih diutamakan. Artinya jika penampilan jelek dan fisiknya kurang menarik, biarpun masih pemula tidak diminati. Sebaliknya, jika tampan menggoda, fisiknya bagus biarpun sudah populer dan jadi selebritis, tentu akan dikejar-kejar banyak gay.

Sumber: http://igama.or.id/index.php/news/389-mitos-salah-tentang-seks


No comments: