Wednesday, September 07, 2011

Eropa Tak Sambut Pemohon Suaka Homoseksual

Eropa, termasuk Belanda, sering menolak pencari suaka homoseksual. Alasannya? karena dianggap tak cukup 'gay' alias kurang meyakinkan jika benar-benar gay atau homoseks. Demikian hasil penelitian COC, organisasi perlindungan kaum homoseksual di Belanda dan Vrije Universiteit Amsterdam.
Di negeri asalnya para pemohon suaka ini, umumnya mereka didiskriminasi, dipenjara atau dibunuh. Tiap tahun sekitar 10 ribuan orang mencari suaka di Eropa atas dasar identitas seksual. Di Belanda sendiri ada 200 pemohon.

Tapi, sayang, tak semua negara menyambut dengan tangan terbuka. Seorang lelaki asal Kamerun harus lari ketika tetangganya tahu ia punya pacar sesama jenis. Permintaan suaka dia di Inggris ditolak. Menurut dinas imigrasi, lelaki tersebut bisa saja pindah ke daerah lain yang lebih aman di Kamerun.

Bertentangan HAM
Thomas Spijkerboer dari Vrije Universiteit Amsterdam meneliti proses permohonan suaka kelompok homoseksual di 27 negara anggota Uni Eropa. Dia tak memiliki jumlah persis pengajuan, namun menemukan kesamaan pengelolaan dalam kasus tersebut. Cara pihak imigrasi menangani permintaan itu kadang kala bertentangan dengan hak-hak azasi manusia. Laporan dituangkan dalam dokumen 'Fleeing Homophobia'.

"Permohonan suaka sering ditolak berdasar prasangka buruk dan stereotip. Sangat keterlaluan jika tidak percaya dengan si pemohon, karena ia tidak cukup bertingkah seperti seorang homoseksual. Mereka ragu dengan kisah perempuan lesbian, sebab mereka tidak tahu bagaimana hukuman atas homoseksual di negara pengaju. Tak masuk akal jika memutuskan sesuatu atas dasar rasa kepercayaan," kata Spijkerboer.

Negara-negara Eropa malah menuntut pencari suaka tidak tampil berlebihan dalam menunjukkan identitas mereka sebagai seorang homoseksual di negara asal. Maksudnya supaya aman. Pemerintah Belanda menyanggah pihaknya turut melakukan hal tersebut. Toh hal itu tidak 100 persen benar. Dinas Imigrasi dan Naturalisasi Belanda memulangkan seorang perempuan dari Sierra Leone dengan anjuran, menyembunyikan identitas seksual dia.

"Belanda memang tak mencantumkan itu dalam peraturan, tapi kenyataan berbicara lain. Ditambah lagi setiap pemohon suaka tak akan serta merta bilang dirinya homoseksual karena malu atau takut. Pada pertemuan kedua baru ia menyatakan dirinya homoseksual. Hakim tak memeriksa fakta kedua ini. Belanda satu-satunya negara di Eropa yang melakukan hal itu," ujar Spijkerboer.

Hal ini diamini oleh COC, organisasi advokasi hak-hak homoseksual di Belanda.

"Seorang homoseksual asal negara-negara yang sangat mengharamkan perilaku itu, tak mudah terbuka. Mereka, akibatnya, mengalami masalah besar di pusat penampungan peminta suaka. Bila dipulangkan, ia dan keluarganya, bakal mengalami kesulitan," ungkap Wouter Neerings, ketua COC.

Disalahgunakan
Walau demikian Thomas Spijkerboer, pengajar Vrije Universiteit, universitas terkemuka di Amsterdam, mengakui sulit mengetahui apakah yang bersangkutan benar seorang homo atau lesbi. Sejumlah pemohon suaka memanfaatkan hal tersebut untuk memperbesar kemungkinan mendapat ijin tinggal. Beberapa anggota parlemen mencemaskan itu pada tahun 2006, di mana kementrian urusan orang asing memutuskan, homoseksual asal Iran wajib diberi ijin tinggal.

Laporan 'Fleeing Homophobia' bermaksud memberi perhatian atas kebijakan permohonan suaka kelompok homoseksual di negeri Belanda, dan setelah itu, Uni Eropa.

No comments: