Thursday, February 16, 2012

http://igama.or.id/index.php/component/content/article/2-berita/375-efek-positif-masturbasi

Masturbasi merupakan salah satu praktik seks yang terbilang aman. Jika dilakukan dengan benar, maka masturbasi bisa memberikan efek yang positif bagi kesehatan tubuh. Apa saja itu?
"Masturbasi merupakan bagian dari kehidupan seks yang sehat, aman serta tidak berbahaya," ujar Gloria Brame, PhD, seorang seksolog klinis.

Berikut ini 5 manfaat kesehatan yang bisa didapatkan jika melakukan masturbasi secara teratur dan tidak berlebihan yaitu:

1. Mencegah kanker
Sebuah studi yang dilakukan peneliti Australia tahun 2003 menemukan laki-laki yang ejakulasi lebih dari 5 kali dalam seminggu maka kemungkinannya sepertiga kali lebih kecil untuk mengembangkan kanker prostat.

Salah satu peneliti mengungkapkan racun penyebab penyakit ini yang ada dalam saluran urogenital akan keluar dari sistem tubuh ketika seseorang melakukan masturbasi hingga mencapai ejakulasi.

2. Membuat penis lebih keras saat ejakulasi
Secara alamiah penis akan kehilangan ototnya seiring bertambah usia. Namun dengan melakukan seks atau masturbasi secara teratur akan melatih otot-otot panggul dan bisa mencegah disfungsi ereksi serta inkontinensia, sehingga penis menjadi lebih keras saat ejakulasi.

3. Membantu bertahan lebih lama
Ava Cadell, PhD selaku pendiri loveologyuniversity.com menuturkan melakukan masturbasi bisa melatih diri untuk mengetahui berapa lama seseorang bisa mencapai orgasme. Dengan melakukan masturbasi secara teratur maka seseorang bisa melakukan kontrol lebih baik dan tahan lama.

4. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Ejakulasi diketahui meningkatkan kadar hormon kortisol yang sebenarnya juga bisa membantu mengatur dan menjaga kekebalan tubuh dalam dosis kecil, dengan begitu masturbasi bisa menjadi salah satu pilihan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.

5. Meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik
Masturbasi membantu mengeluarkan zat kimia di saraf otak yang membuat seseorang merasa lebih baik yaitu dopamin dan oksitosin, kedua zat kimia ini akan meningkatkan semangat dan kepuasan seseorang sehingga suasana hatinya menjadi lebih baik

Sumber: http://igama.or.id/index.php/component/content/article/2-berita/375-efek-positif-masturbasi

Mengubah Paradigma Pendidikan Agama

Pluralisme adalah sebuah fakta sejarah. Tidak dapat dimungkiri dan diingkari oleh siapa pun. Kemajemukan adalah kehendak Tuhan agar manusia saling menyapa, mengenal, berkomunikasi, dan bersolidaritas. Pada zaman kontemporer saat ini sulit dicari satu negara dengan agama yang homogen. Umumnya heterogen dengan tingkat yang berbeda-beda.

Kemajemukan pada tingkat agama ini masih ditambah lagi kemajemukan pada wilayah tafsir agama. Tidak mengherankan jika banyak mazhab, sekte, atau aliran dalam agama apa pun. Semua ini akibat perbedaan kapasitas dan kemampuan berpikir masing-masing orang, perspektif, ataupun pendekatan.

Pertanyaannya: model pendidikan agama macam apa agar melahirkan pribadi-pribadi yang toleran, inklusif, humanis, dan meneguhkan spirit pluralisme dan multikulturalisme? Pendidikan agama yang diidealkan adalah pendidikan agama yang tidak doktriner sehingga tak memunculkan klaim-klaim kemutlakan. Ketika ruang perbedaan dan perubahan dalam agama telah dimatikan oleh sikap fanatik dan eksklusif, agama jadi antirealitas. Namun, justru sikap-sikap fanatik dan eksklusif ini dilahirkan oleh pendidikan agama.

Tak mengherankan jika pendidikan agama dikritik antirealitas. Pendidikan agama dianggap kurang mengakomodasi realitas keberagamaan intra dan antarumat beragama, serta justru cenderung melahirkan eksklusifisme keberagamaan.

Model pendidikan agama

Untuk menjawab model pendidikan agama seperti apa yang memungkinkan melahirkan pribadi yang toleran, penting untuk mempertimbangkan model-model pendidikan agama yang dikembangkan Jack Seymour (1997) dan Tabita Kartika Christiani (2009). Mereka menjelaskan model-model pendidikan dan pengajaran agama, yaitu in, at, dan beyond the wall.

Pendidikan agama in the wall berarti hanya mengajarkan agama sesuai agama tersebut tanpa dialog dengan agama lain. Model pendidikan agama seperti ini berdampak terhadap minimnya wawasan peserta didik terhadap agama lain, yang membuka peluang terjadinya kesalahpahaman dan prejudice. Model pendidikan agama in the wall juga dapat menumbuhkan superioritas satu agama atas agama yang lain sehingga mempertegas garis demarkasi antara ”aku” dan ”kamu”, ”kita” dan ”mereka”.

Sikap toleransi, simpati, dan empati terhadap mereka yang beda agama sulit ditumbuh-kembangkan dari model pendidikan agama seperti ini. Model pendidikan semacam ini memosisikan agama lain atau penganut agama lain sebagai the others, ”yang lain”, yang akan masuk neraka karena dianggap kafir. Inilah bentuk truth claim yang berdampak pada monopoli Tuhan dan kebenaran. Seakan-akan kebenaran dan Tuhan hanya milik individu atau kelompok agama tertentu.

Model keberagamaan seperti ini pada gilirannya berkontribusi dalam menanamkan benih-benih eksklusivisme keberagamaan yang berpotensi memicu konflik dan kekerasan atas nama agama. Ironisnya, model pendidikan agama in the wall inilah yang kini mendominasi pendidikan agama di Tanah Air.

Paradigma pendidikan agama at the wall tidak hanya mengajarkan agama sendiri, tetapi sudah mendiskusikannya dengan agama yang lain. Tahap ini merupakan tahap transformasi keyakinan dengan belajar mengapresiasi orang lain yang berbeda agama dan terlibat dalam dialog antaragama.

Sementara pendidikan agama beyond the wall tak sekadar berorientasi untuk berdiskusi dan berdialog dengan orang yang berbeda agama. Namun, lebih dari itu mengajak peserta didik dari beragam agama untuk bekerja sama mengampayekan perdamaian, keadilan, harmoni, dan pelibatan mereka dalam kerja-kerja kemanusiaan. Semua itu untuk menunjukkan, musuh agama bukan pemeluk agama yang berbeda, melainkan kemiskinan, kebodohan, kapitalisme, kekerasan, radikalisme, ketidakjujuran, korupsi, manipulasi, kerusakan lingkungan, dan seterusnya.

Model pendidikan agama seperti ini juga untuk menunjukkan semua agama mengajarkan kebaikan, dan bahwa agama adalah untuk kebaikan manusia sesuai misi profetiknya. Maka, pendidikan agama yang saat ini cenderung eksklusif karena hanya mengajarkan agama sendiri (in the wall) perlu digeser ke arah inklusif dengan model at dan beyond the wall. Peserta didik tidak hanya kenal agama sendiri, tetapi juga bersentuhan dengan agama lain untuk melintasi tradisi lain dan kemudian kembali kepada tradisi sendiri.

Maka, pertanyaan selanjutnya: mungkinkah guru-guru agama kita mau dan sukarela mengajak peserta didik bekerja sama dengan siswa lain yang berbeda agama memerangi musuh utama agama, yaitu penindasan, kekerasan, kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan kerusakan lingkungan? Mari kita belajar bersama.

M Agus Nuryatno Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Sumber: http://igama.or.id/index.php/artikel/377-mengubah-paradigma-pendidikan-agama

Chlamydia, Infeksi Menular Seksual Tidak Bergejala

Chlamydia adalah penyakit menular yang termasuk Infeksi Menular Seksual (IMS). Banyak kalangan, bahkan pria gay yang tidak tahu jika telah terinfeksi Chlamydia. Karena memang di banyak kasus, penyakit Chlamydia tidak pernah mengembangkan tanda atau gejala yang mungkin termasuk rasa sakit kelamin dan debit dari penis.
Chlamydia mempengaruhi baik wanita dan pria (termasuk pria gay) dan terjadi pada semua kelompok umur, meskipun yang paling umum di kalangan pria gay muda. Chlamydia tidak sulit untuk diobati setelah mengetahui bahwa terinfeksi penyakit ini. Tetapi banyak pria gay yang tidak menyadari dan jika sudah mengetahui sekalipun, terkadang tidak segera diobat dan dikonsultasikan dengan dokter. Beberapa diantaranya merasa malu jika menderita sesuatu di alat kelaminnya, sehingga cenderung membiarkan. Padahal Chlamydia seperti halnya penyakit menular seksual lainnya jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Penyebab

Chlamydia disebabkan oleh bakteri dan paling sering menyebar melalui seks oral, dan anal. Penyakit tersebut juga mungkin bagi seorang ibu untuk menyebarkan chlamydia kepada anaknya saat melahirkan. Sehingga dapat menyebabkan pneumonia atau infeksi mata serius pada bayinya.

Gejala

Tahap awal infeksi Chlamydia sering menyebabkan sedikit atau tidak ada tanda dan gejala. Ketika tanda atau gejala terjadi, biasanya mulai muncul 1-3 minggu setelah terkena Chlamydia. Bahkan ketika tanda dan gejala memang terjadi, seringkali ringan dan cepat berlalu. Beberapa diantaranya tidak menyadari jika sudah terinfeksi penyakit menular seksual Chlamydia ini. Oleh karena itu, Chlamydia seringkali diabaikan, padahal sangat berbahaya dan dapat menular.

Padahal andaikata jeli dan serius dengan organ seksualnya, seseorang dapat mendeteksi secara dini. Tanda dan gejala infeksi Chlamydia dapat mencakup:
1. Nyeri saat buang air kecil
2. Sakit pada perut bawah
3. Keluar cairan dari urethra.
4. Discharge dari penis pada pria
5. Nyeri saat hubungan seksual.
6. Nyeri testis pada pria

Pengobatan

Chlamydia dapat diobati dengan antibiotik. Namun jenis antibiotiknya tidak dapat sembarangan jenis dan dosisnya. Karena masih banyak kalangan, termasuk komunitas gay yang suka membeli antibiotik sendiri di apotik untuk mengobati sakit, tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Padahal itu sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kuman atau virus penyakitnya semakin resisten. Karena jenis antibiotik memiliki spektrum dan spesifitas berbeda untuk kuman atau bakteri. Sedangkan untuk virus, juga bukan diobati dengan antibiotik, tetapi antiviral. Untuk itu, kenali penyakit yang tak butuh antibiotik.
Untuk kasus penyakit Chlamydia pasien mungkin diminta untuk minum obat dalam satu kali dosis, atau mungkin perlu untuk mengonsumsi obat sehari atau beberapa hari selama 5-10 hari.

Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat sembuh dalam waktu 1-2 minggu. Selama waktu itu, pasien harus menjauhkan diri dari hubungan seksual.

Pasangan seksual (partner kita) juga membutuhkan perawatan meskipun mungkin tidak memiliki tanda atau gejala. Jika tidak, infeksi dapat menular bolak-balik antara pasangan seksual (fenomena bola pingpong).

Sumber: http://igama.or.id/index.php/artikel/376-chlamydia-infeksi-menular-seksual-tidak-bergejala

Ayo Kontrol Kesehatan dengan Donor Darah

Menjaga kesehatan tubuh menjadi hal yang penting dan mutlak. Ada banyak cara dan usaha untuk pemeliharaan dan menjaga kesehatan tubuh. Selain rajin berolah-raga, konsumsi makanan bergizi serta rutin general check-up medis untuk memantau kondisi kesehatan. Namun jika tidak dapat rutin general check-up medis, maka donor darah menjadi solusi penting dalam hal tersebut.

Karena dengan mendonorkan darah secara rutin berarti turut mengencerkan darah. Khususnya masyarakat yang mengonsumsi ikan, daging, dan sumber kolesterol lainnya. Sehingga diharapkan tidak merasa kepala pening, darah tinggi dan sebagainya. Karena darah yang encer dapat mudah masuk ke pembuluh darah otak.


Sebaliknya, kalau darah kental, sirkulasi darah menjadi tersendat. Inilah salah satu manfaat lain dari donor darah,” ujar dr Horas Rajagukguk SpB FinaCS.
Menurutnya, dengan mendonor darah masyarakat secara tidak langsung juga memeriksa kesehatannya. “Dengan rutin melakukan donor darah, berarti secara rutin pula dia memeriksa kesehatannya. Karena setiap akan melakukan donor darah, pasti akan diperiksa kesehatannya terlebih dahulu. Secara hipotesa, kolesterol dan asam urat akan turun,” ujarnya.


Syarat dalam mendonorkan darah, seseorang harus berumur 17 hingga 60 tahun, tidak menderita diabetes miletus (DM), tidak terinfeksi karena virus seperti malaria, DBD, tidak terinfeksi HIV/AIDS, Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C positif serta penyakit lainnya.

Diterangkan Horas, kegiatan donor darah juga merupakan kegiatan sosial dan amal, dimana tindakan ini merupakan kegiatan ini juga dapat menyelamatkan nyawa banyak orang. “Karena darah tidak ada pabriknya, orang yang butuh darah adalah orang yang sedang terancam jiwanya,” tuturnya.

Ditambahkannya, donor darah juga meningkatkan tali silaturahm dan keakraban. “Itulah manfaat lain dari donor darah. Selain kegiatan sosial, menyehatakan badan, menjaga kesehatan juga meningkatkan tali persaudaraan dengan sesama,” tegasnya.


Sedangkan untuk tingkat partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darah, meskipun sudah mulai ada peningkatan akan tetapi masih diperlukan lebih aktif lagi. Agar kekosongan stok darah tidak terjadi dan tidak perlu ada nyawa yang melayang karena tidak tersedianya stok darah dengan golongan darah tertentu.. Untuk itu perlunya sosialisasi dari berbagai pihak dan manfaat dari donor darah itu sendiri.

“Aksi donor darah, perlu disosialisasikan terus menerus dan secara gencar, baik oleh organisasi kepemudaan, keagamaan, perkantoran dan lainnya,” paparnya.
Untuk itu peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan.

Sumber: http://igama.or.id/index.php/news/380-ayo-kontrol-kesehatan-dengan-donor-darah

Mitos Salah tentang Seks

Usia dewasa dan pendidikan tinggi, bukanlah jaminan seseorang mengerti dan paham akan masalah seks dan seksualitas secara dewasa. Padahal dalam menjalani kehidupan seks yang sehat haruslah dengan pemikiran yang dewasa dan mengerti seputar seksualitas dengan baik dan benar.

Tapi sayangnya, meski usia sudah dewasa, bahkan bagi yang sudah menikah dan punya anak sekalipun, kadang-kadang masih banyak orang berpikiran sempit mengenai masalah seks.


Memang orang yang belum memiliki pemikiran dewasa akan lebih mudah terpengaruh oleh mitos-mitos yang beredar di masyarakat, meski mitos tersebut tidak benar dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, termasuk soal seks.
Berikut beberapa ciri orang yang belum dewasa merespons soal seks:


1. Menganggap penis besar selalu lebih baik
Ukuran kelamin pria sering menjadi pembicaraan karena ada kepercayaan umum yang menganggap semakin besar penis akan semakin baik dalam memuaskan pasangan. Padahal tidak semua orang menyukai penis dengan ukuran besar. Di kalangan gay, tidak semua pria gay menyukai penis besar, karena pria gay bot akan merasa kesakitan dan tersiksa dengan ukuran penis besar. Dalam oral seks pun, penis besar cenderung bikin mulut cape dan tersedak hingga berakibat sering mau muntah.


"Hal yang terpenting adalah bukan panjangnya penis, melainkan seberapa kerasnya ereksi penis," ujar dr. Andri Wanananda MS yang juga anggota Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI). Ditambahkan bahwa tingkat kepuasan dan kenikmatan bukan ditentukan oleh besarnya ukuran, tetapi oleh metode dan teknik ML serta ikatan emosional.

2. Keyakinan bahwa seks oral lebih aman dari seks anal atau vaginal.
Nampaknya oral seks memiliki stigma "bebas" dan “aman” sejauh hubungan seksual. Ya, itu tidak dihitung sebagai seks bagi sebagian orang. Dan ya, ada persepsi yang menganggap seks oral tidak berbahaya. Padahal seks oral juga sama bahayanya, karena kita bisa mendapatkan penyakit menular seksual dari seks oral.


Karena masih ada pertukaran cairan, yang berarti bahwa penyakit dapat memasuki tubuh melalui luka atau luka kecil di mulut dan tenggorokan (entah luka kecil karena makanan, atau karena sariawan). Hepatitis A, B, C akan mudah menular melalui oral seks. Bahkan kuman Gonorhea (kencing nanah) juga dapat menyerang tenggorokan meskipun tidak ada perlukaan di dalam mulut. Belum lagi penyakit TBC mudah menular melalui kontak ciuman.


3. Banyak pengalaman seksual, pasti bisa memuaskan pasangan.


Tidak juga. Memang kebanyakan orang berpendapat bahwa seseorang yang tahu banyak hal soal seks dan telah berpengalaman akan lebih baik daripada pemula. Yah, teknisnya sih begitu. Tapi seks yang memuaskan tidak hanya berkaitan dengan teknik dan genital, tapi juga persepsi dan mekanisme kerja otak, dan tentu saja definisi seks yang memuaskan bagi tiap orang itu berbeda-beda. Belum lagi keterkaitan emosional antara kedua belah pihak juga memegang peran penting dalam kepuasan seks.


4. Anak remaja alias brondong lebih bebas penyakit.


Tidak juga. Ada anggapan sebagian kalangan gay, bahwa bercinta dengan anak-anak remaja belia yang bersih dan tampan lebih bebas dari tertular penyakit menular seksual. Karena dianggap pengalaman anak muda masih terbatas dan belum banyak dijamah oleh pria gay yang lain. Padahal fakta menyebutkan, mereka yang remaja ini cenderung aktif secara seks karena gejolak libido usia remaja, belum lagi yang pernah mengalami kekerasan seksual (diperkosa oleh gay dewasa) saat masih kecil.

Bahkan, kasus HIV/AIDS di Indonesia justru didominasi oleh kalangan remaja dan usia produktif (sebesar 85%). Bahkan di Malang, penderita HIV/AIDS dari kalangan gay justru didominasi kalangan remaja belia, sebesar 65,64% (laporan Dinas Kesehatan Kota Malang).


5. Pemula (new comer) lebih diminati daripada yang sudah lama.
Banyak pernyataan dari kalangan gay yang mengaku dirinya masih baru, masih pemula, masih new comer, masih virgin, masih perjaka, belum banyak kenal, perlu diajari. Biasanya gay yang mengaku jika dirinya masih new comer atau pemula tersebut terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah gay yang memang betul-betul pemula dan masih belum ngerti apa-apa soal dunia gay. Sedangkan kelompok kedua adalah gay yang merasa tidak percaya diri (PD) dengan kondisi fisiknya, serta gay yang merasa kurang diminati oleh gay lain.

Sehingga mereka memasang strategi dan pengakuan jika masih pemula. Beberapa gay lain, cukup meminati gay pemula, karena ada anggapan masih “bersih” dan belum terkontaminasi hiruk-pikuknya intrik di dunia gay. Namun sebagian lain melihat, status pemula atau sudah lama, tidak menjadi soal tetapi fisik dan performance yang menarik lebih diutamakan. Artinya jika penampilan jelek dan fisiknya kurang menarik, biarpun masih pemula tidak diminati. Sebaliknya, jika tampan menggoda, fisiknya bagus biarpun sudah populer dan jadi selebritis, tentu akan dikejar-kejar banyak gay.

Sumber: http://igama.or.id/index.php/news/389-mitos-salah-tentang-seks


10 Jenis Gangguan Jiwa yang Paling Kontroversial

Mendiagnosis gangguan mental bukan hal yang mudah. Dalam sejarahnya, penyusunan buku pedoman dan pegangan untuk mendiagnosis gangguan mental sering memicu perdebatan mengenai penyakit apa yang akan disertakan. Perdebatan ini tak hanya terjadi di kalangan ilmuwan, tapi juga di masyarakat awam.

Buku yang bernama Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) adalah buku yang menjadi acuan seluruh ahli psikologi di dunia. Penyusunnya adalah para pakar psikologi yang tergabung dalam American Psychological Association (APA).

Beberapa gengguan mental yang sempat menjadi kontorversi tersebut seperti dilansir livescience.com, antara lain;

1. Gangguan Identitas Gender

Saat ini, yang paling kontroversial dari semua gangguan mental adalah gangguan identitas jenis kelamin. Berdasarkan DSM edisi sebelumnya, orang yang merasa jenis kelamin fisiknya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya yang sejati dapat didiagnosis mengalami gangguan identitas gender.

Kontroversi terbesar atas gangguan ini adalah karena DSM tidak memuat cara pengobatannya. Apakah anak-anak yang merasa tidak cocok jenis kelaminnya diizinkan mendefinisikan diri mereka sendiri, atau harus didorong untuk mengidentifikasi dirinya sesuai jenis kelamin fisiknya?

"Di satu sisi, para ahli berpendapat agar anak-anak ini merasa nyaman dengan tubuh yang telah dimilikinya sendiri. Namun di sisi lain, para ahli menginginkan anak-anak ini bebas menentukan keinginannya. Menurutku, memaksa seseorang untuk hidup dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan akan menyebabkan depresi dan kecemasan," kata Diane Ehrensaft, psikolog klinis di Oakland, California.

2. Kecanduan seks

Menurut lembaga Society for the Advancement of Sexual Health, kecanduan seks ditandai dengan kurangnya kontrol atas perilaku seksual.

Pecandu seks akan menuruti keinginan seksualnya meskipun berakibat buruk, tidak bisa menetapkan batasan dan terobsesi dengan seks bahkan ketika tidak ingin memikirkan hal itu. Beberapa pecandu seks mengaku tidak mendapatkan kenikmatan dari perilaku seksualnya, tapi hanya menghasilkan rasa malu.

Gangguan ini belum dimasukkan ke dalam DSM, dan kemungkinan tidak akan disertakan dalam DSM edisi berikutnya. Malahan, Asiosiasi Psikologi Amerika (APA) bermaksud menambahkan kelainan seksual baru yang disebut gangguan hiperseksual, yang tidak menggambarkan tentang kecanduan seks.

3. Homoseksualitas

Dalam sejarahnya, homoseksual adalah gangguan kejiwaan yang paling kontroversial. APA (American Psychological Association) mencoret homoseksualitas dari daftar gangguan mental pada tahun 1973 setelah mendapat gempuran protes dari aktivis gay dan lesbian. Selain itu, penghapusan homoseksualitas sebagai gangguan jiwa juga tertuang dalam keputusan dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) pada 17 Mei 1990.

Dan untuk di Indonesia, terkait homoseksualitas ini juga sudah dihapus dan tidak lagi termasuk dalam daftar gangguan jiwa serta sudah dicantumkan Depkes RI dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 (PPDGJ II) dan PPDGJ III (1993).

Beberapa bukti ilmiah menyarankan bahwa ketertarikan sesama jenis adalah hal yang normal di kalangan orang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi gay yang sudah berdamai dengan dirinya sendiri, itu hal yang normal dan wajar.
Baru dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan jika seseorang merasa terganggu dengan orientasi seksnya dan terus menyangkalnya, serta menganggap bahwa hetero seks adalah satu-satunya orientasi seks yang wajar dan normal. Kalangan gay yang seperti inilah yang disebut telah mengidap gangguan jiwa Ego Dystonic Sexual Orientation alias gay-in-denial.

4. Gangguan Asperger

Gangguan Asperger ditandai dengan kecerdasan dan kemampuan bahasa yang normal, namun keterampilan sosial yang buruk. Ganggguan ini dimasukkan DSM pada tahun 1994, namun pada tahun 2013, gangguan ini dipastikan sudah dikeluarkan dari daftar.

Alasannya, penelitian telah gagal membedakan antara gangguan Asperger dan autisme. 44 persen anak yang didiagnosis Asperger benar-benar memenuhi kriteria autisme, menurut sebuah survei tahun 2008.

5. Gangguan Bipolar pada Anak

Gangguan bipolar ditandai oleh perubahan suasana hati antara depresi dan rasa senang. Pada tahun 1994 sampai 2003, jumlah kunjungan dokter terkait dengan gangguan bipolar pada anak naik 40 kali lipat, demikian menurut sebuah penelitian tahun 2007 di jurnal Archives of General Psychiatry.

Masalahnya adalah, sebagian dari kenaikan itu disebabkan karena perubahan cara psikolog mendiagnosa gangguan bipolar pada anak-anak, bukan karena peningkatan kasus secara aktual.

Untuk mengatasinya, APA berencana menambahkan gangguan baru, yaitu disregulasi marah dengan dysphoria. Gangguan ini akan berlaku untuk anak-anak yang memiliki suasana hati mudah tersinggung dan sering marah. Namun beberapa ahli sudah meragukannya karena beberapa gangguan perilaku pada anak dianggap hal yang normal.

6. ADHD pada Dewasa

ADHD adalah singkatan dari attention deficit hyperactivity disorder. Anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan duduk dengan diam, memperhatikan, dan mengontrol dorongan hatinya. Baru-baru ini, beberapa psikiater mulai mendiagnosa ADHD pada orang dewasa.

"Beberapa gejala ADHD pada anak-anak saja sudah dianggap diagnosis yang berlebihan, apalagi pada dewasa. Ada tuduhan bahwa psikiater bersekongkol dengan perusahaan farmasi agar dapat menjual obat ADHD lebih banyak," kata psikiater dari New York University, Norman Sussman.

7. Gangguan Disosiasi Identitas

Dulu gangguan ini dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda. Gangguan kepribadian ganda terkenal setelah sebuah buku berjudul "Sybil" dibuat menjadi film dengan nama yang sama pada tahun 1976.

Film dan buku tersebut bercerita tentang Shirley Mason, nama samaran Sybil, yang didiagnosis memiliki 16 kepribadian berbeda sebagai akibat dari pelecehan fisik dan seksual oleh ibunya.

Buku dan filmnya memang laris, tetapi diagnosisnya sangat jarang ditemui. Pada tahun 1995, seorang psikiater bernama Herbert Spiegel menyelidiki kasus Sybil.

Ia menegaskan bahwa ia mempercayai kepribadian Sybil yang berbeda-beda tersebut diciptakan oleh terapisnya karena efek terapi atau hipnotis, dan hal ini mungkin terjadi tanpa disadari.

Para kritikus berpendapat bahwa gangguan tersebut sebenarnya adalah rekayasa, dibuat dengan maksud meyakinkan pasien bahwa masalahnya adalah karena kepribadian ganda.

Meskipun demikian, gangguan identitas disosiatif berhasil melewati kritik ini dan tidak akan mengalami perubahan besar dalam DSM edisi berikutnya.

8. Narsisistik

Seseorang yang sangat butuh dipuji dan kurang berempati kepada orang lain masuk dalam kriteria narsistik, dan mereka nampaknya memang cocok menjalani psikoterapi. Namun, gangguan narsisitik ini juga sempat menuai kontroversi.

Masalah terbesarnya adalah karena tidak ada yang mengaku memiliki gangguan tersebut. Menurut review tahun 2001 di Journal of Mental Health Counseling, hampir setengah orang yang didiagnosis kepribadian narsisistik juga memenuhi kriteria gangguan kepribadian lainnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, APA mengusulkan perubahan besar pada DSM edisi berikutnya. Diagnosis akan lebih berfokus pada disfungsi dan sifat gangguan mental. Tujuannya adalah untuk menhilangkan tumpang tindih dan membuat kategori yang lebih berguna bagi pasien dengan gangguan kepribadian.

9. Penis Envy (Cemburu Penis)

Sigmund Freud merevolusi psikologi pada tahun di 1800-an dan awal 1900-an dengan teori-teorinya tentang psikoseksual. Salah satu teorinya adalah menyimpulkan bahwa perkembangan seksual gadis-gadis muda didorong oleh kecemburuan karena tidak memilik penis (penis envy) dan hasrat seksualnya terhadap ayah.

Kesimpulan ini kontan menuai banyak kontroversi. Namun seiring perkembangan zaman, teori ini telah dianggap usang dengan sendirinya.

10. Histeria

Pada tahun 1800-an, histeria mencakup semua diagnosis gangguan mental pada wanita. Gejala-gejalanya tidak jelas seperti; ketidakpuasan, rasa lemah, serta ledakan emosi.

Pengobatannya sederhana dan dikenal dengan 'histeris paroxysm' atau dikenal juga dengan orgasme. Dokter akan memijat alat kelamin pasiennya secara manual atau dengan vibrator. Meskipun janggal, hal ini tidak dianggap kontroversial ketika itu.

Yang lebih kontroversial adalah meminta pasien wanita 'histeria' untuk beristirahat saja tanpa bekerja atau bersosialisasi. Pengobatan ini seringkali justru memperburuk kecemasan atau depresi. Menurut editorial tahun 2002 di jurnal Spinal Cord, kasus diagnosis histeria mereda secara bertahap sepanjang abad ke-20

Sumber: http://igama.or.id/index.php/artikel/413-10-jenis-gangguan-jiwa-yang-paling-kontroversial


Bahaya dan Efek Samping Obat Kuat Viagra

Anda pengguna Viagra, Cialis, atau Levitra? Jika iya, kini saatnya Anda mulai berhati-hati. Atau anda tertarik untuk mengkonsumsinya? Pikirkanlah ulang. Menurut peringatan terbaru di Amerika, rutin mengkonsumsi obat yang membuat pria tetap 'greng' di ranjang ini memiliki banyak efek samping, baik pada pendengaran, penglihatan hingga gangguan jantung dan berakibat fatal kematian.
Pernyataan bahaya Viagra ini dikeluarkan oleh FDA (Lembaga Obat dan Makanan AS) setelah memperoleh keluhan dari beragam konsumen Viagra, obat buatan Pfizer Inc. (PFE.N), yang mengalami kehilangan pendengaran secara tiba-tiba, bahkan penglihatan matanya menjadi berkurang.

Efek samping Viagra ini pertama kali dilaporkan oleh dua peneliti di RS Air Force, Bangalore, India, saat seorang pria berusia 44 tahun mengeluh tak bisa lagi mendengar setelah dia mengkonsumsi Viagra selama 15 hari, seperti dikutip dari newspedia, edisi Oktober 2007.

Sampai saat ini tercatat ada 29 kasus gangguan pendengaran yang disebabkan Viagra dan dua merk lain, Cialis dan Levitra. Di mana sekitar 70 persen penggunanya mengalami tuli permanen, dengan atau tanpa dibarengi gejala vestibular yang meliputi telinga berdengung, rasa pusing atau bahkan vertigo.

Kasus yang sama juga pernah terjadi pada 1996, di mana kasus kehilangan pendengaran terjadi setelah dua hari konsumsi obat.

"Kita tidak dapat mengatakan secara pasti semua itu disebabkan oleh obat, tapi kita juga tak bisa membiarkan kasus ini", papar Dr Robert Boucher, spesialis THT dari FDA.

FDA sendiri juga sudah mengeluarkan peringatan untuk Cialis (tadalafil), Levitra (vardenadil), dan Viagra (sildenafil). Semua obat ini rata-rata menggunakan mekanisme yang sama untuk membantu dan mempertahankan ereksi. Mereka membuat relaksasi pada otot polos, dengan menghambat enzim fosfodiestrase (PDE5). Otot polos ini berperan dalam impotensi yang disebut corpus kavernosum, yaitu jaringan yang mendukung ereksi. Namun sampai saat ini belum diketahui pasti apakah senyawa kimiwa tersebut bisa merusak telinga bagian dalam.


Di lain pihak dalam sebuah penelitian, periset dari Amerika Serikat juga mengatakan bahwa tujuh orang pasien mengalami gejala Non-Arthritic Ischemic Optic Neuropathy (NAION). Itu adalah gejala-gejala yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara permanen setelah meminum pil Viagra (sildenafil) untuk mengatasi gangguan ereksi. Jika digabung dengan beberapa laporan terdahulu, penelitian ini mencatat total 14 kasus sildenafil yang berhubungan dengan NAION.


“Sebelumnya kita tahu, beberapa pria yang mengonsumsi Viagra mengalami perubahan penglihatan pada warna yang bersifat sementara. Mereka melihat semua benda berwarna biru atau hijau,” papar Dr. Howard D. Pomeranz dari University of Minnesota di Minneapolis, Amerika. “NAION merupakan kondisi yang lebih serius karena dapat menyebabkan kebutaan permanen.”


Sebagaimana dikutip Reuterhealth, Dr. Pomeranz juga mengatakan, asosasi yang terjadi seperti Viagra dengan gejala NAION dapat pula disebabkan oleh semua jenis obat ini juga pada penggunaan Cialis (tadalafil). Diuraikan dalam Journal of Neuro Ophthalmology Maret ini, umumnya pasien mulai mengalami gejala tersebut 24 jam setelah pemakaian Viagra.

Tanggapan produsen 'pil cinta'

Peraturan dari FDA ini mendapat sambutan dari berbagai produsen pil yang dikenal dengan 'pil cinta' tersebut. Eli Lilly (LLY.N), produsen Cialis dan GlaxoSmithKline Plc (GSK.L) yang menjual Levitra menganggap laporan tersebut hanya mewakili sedikit masalah yang sesungguhnya mengenai perangkat medis dan obat.

Pembuat obat Pfizer dan Lilly menyatakan data mereka tak menunjukkan hubungan sebab akibat apapun antara kehilangan pendengaran dan obat itu.

Wakil Presiden Pfizer Urusan Medis Dr. Ponni Subbiah mengatakan kehilangan pendengaran termasuk dalam bagian iklan Viagra pada labelnya dengan persetujuan FDA pada 1998. Itu terjadi pada kurang dari 2 persen pasien dalam percobaan klinis, yang dikatakannya secara statistik tidak besar dibandingkan dengan orang yang berada dalam kelompok pengganti.

Sementara itu, Keri McGrath, jubir Lilly, mengatakan kajian Lilly baru-baru ini mendapati sebanyak 1,1 peristiwa kehilangan pendengaran secara mendadak per satu juta pengguna Cialis, yang bisa dikatakan lebih rendah dibandingkan dengan angka penduduk secara umum. Hampir 12 juta pria menggunakan resep obat tersebut.

Schering-Plough Corp. (SGP.N) dan GlaxoSmithKline, yang memasarkan Levitra di Amerika Serikat, melalui juru bicaranya Lee Davies mengatakan perusahaan mereka akan mematuhi permintaan FDA dan menyatakan semua kasus kehilangan pendengaran bersifat sementara.

Saat ini National Institute on Deafness and Other Communication Disorders mencatat sekitar 4 ribu kasus kehilangan pendengaran secara mendadak terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya.

FDA meminta pengguna Viagra untuk memeriksakan diri jika mengalami gangguan pendengaran usai mengkonsumsi viagra. Meski pada akhirnya pilihan tetap ada di tangan pada pasien? Mana yang lebih penting perkasa di ranjang atau kehilangan pendengaran?

Sumber: http://igama.or.id/index.php/artikel/430-bahaya-dan-efek-samping-obat-kuat-viagra

Seksualitas merujuk “Charmed Cycle” Gayle Rubin

Membahas mengenai makna seksualitas dapat dengan menggunakan diagram Gayle Rubin yang disebut The Charmed Cycle. Dalam siklus ini terlihat jelas perbedaan dua kelompok seksualitas yang disebut ‘the charmed cycle’ yang dianggap merupakan seksualitas yang baik, normal, alami dan diberkati, terdiri dari:


Heteroseksual:
Menikah
Monogami
Prokreasi (menghasilkan keturunan)
Tidak komersial
Dalam pasangan
Dalam sebuah hubungan
Generasi yang sama (seumur)
Di ruang privat
Tanpa pornografi
Hanya melibatkan tubuh saja
Vanila

Sedangkan yang berlawanan dan disebut ’the outer limits’ merupakan seksualitas yang dianggap buruk, abnormal, tidak alami dan dikutuk, terdiri dari

Homoseksual
Tidak menikah
Banyak pasangan
Bukan untuk prokreasi
Komersial
Sendiri atau dalam kelompok
Kasual
Lintas generasi
Di ruang publik
Pornografi
Dengan bantuan benda tertentu
Sadomasokis

Dengan kata lain, dalam siklus ini, seksualitas yang termasuk dalam ’the charmed cycle’-lah yang merupakan seksualitas yang dapat diterima norma umum di masyarakat sedangkan yang berlawanan yaitu the outer limits dianggap tidak normal dan bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pertanyaannya adalah: apakah orang-orang yang dianggap mengadopsi seksualitas yang tidak normal itu, dapat memilih untuk melakukannya atau tidak.

Karena terkadang, tidak semua orang punya pilihan untuk tetap berada pada jalur seksualitas yang dianggap normal, terhormat dsb. Lalu mengapa kita yang menganggap diri kita berada pada jalur yang ’normal’ harus mengutuk orang-orang yang pada siklus ini dianggap ’tidak normal’ ? Sebenarnya apa yang dianggap normal dan tidak normal?

Manusia diciptakan beragam dengan segala ciri khasnya. Manusia bukanlah malaikat yang tidak memiliki nafsu dan cenderung seragam perilakunya kecuali tugasnya berbeda-beda. Kalau manusia seragam, sama semua, maka bukanlah manusia lagi namanya. Tuhan ciptakan manusia berbeda, dengan segala kekurangan dan kelebihan. Hidup itu penuh warna, mengapa kita bersikeras untuk menjadikannya 1 warna?

Tidak mungkin kita sebagai manusia yang sama-sama makhluk ciptaan-Nya itu memaksakan kehendak menjadikan orang lain sama dengan kita, dalam hal sikap, sifat, perilaku dan sebagainya. Padahal kita juga belum tentu bisa menyamakan diri sendiri dengan norma tersebut. Kita tidak punya kemampuan untuk itu. Termasuk ingin menjadikan seksualitas orang lain sama persis yang kita anut atau yang sesuai menurut norma umum. (the charmed cycle).

Jika kita menganggap the outer limits adalah menyimpang dan penuh dosa, lantas apakah kita ingin berusaha meluruskannya dan mencegahkan dari perbuatan dosa? Bukankah dosa itu kuasa Tuhan juga dan kita manusia tidak lantas menghitung-hitung dan mencap bahwa itu berdosa. Apakah kita Tuhan? Karena sebagai manusia, pasti kita semua ini berdosa, karena tidak ada manusia yang tak berdosa.

Banyak kejadian di negara ini yang menunjukkan bahwa negara berupaya mengekang seksualitas kita. Berupaya menyamaratakan keragaman yang sudah kita miliki sejak lahir.

Padahal semuanya sudah terjadi sejak awal manusia itu ada, jadi mengapa kita harus bersusah payah menghapus jejak sejarah tersebut yang merupakan hal yang mustahil itu?

Memaksakan setiap orang untuk menganut seksualitas dalam pakem ’The charmed cycle’ sangatlah melelahkan. Pasti setiap kita yang belum menikah sudah lelah ditanya: kapan menikah. Lalu setiap kita yang sudah menikah dan belum punya anak akan ditanya: kapan punya anak? Lalu jika sudah punya anak 1 akan ditanya kapan punya anak lagi? Kalau sudah lanjut usia akan ditanya, sudah punya cucu belum? Dan pertanyaan yang tidak pernah ada habisnya itu harus kita terima tanpa pembelaan untuk dapat memberikan pendapat bahwa ’kita tidak menikah’, ’saya tidak menyukai lawan jenis’, ’saya tidak mau punya anak’, atau jika berani menjawab ’saya tidak bisa punya anak’ maka akan mengundang serentetan pertanyaan atau mungkin saja nada menyalahkan karena dianggap mandul.

Atau bagi kita yang menganut paham casual sex maka akan kesulitan menjawab jika ditanya: sudah punya pacar? Belum lagi pasangan lintas generasi, yang salah satunya berusia jauh dari pasangannya, maka harus siap-siap menerima cercaan dan hinaan karena dianggap suka daun muda. Seks dengan kekerasan misalnya sadomasokis juga dianggap menyimpang, karena normalnya adalah yang baik-baik saja, serba harum semerbak bagaikan vanila. Padahal kita lupa ada orang tertentu yang memang sudah diciptakan sebagai sepasang manusia yang hanya dapat menikmati seks dengan cara berbeda.

Marilah kita bersama-sama renungkan kembali pertanyaan-pertanyaan tersebut, layakkah kita menyeragamkan keanekaragaman seksualitas yang kita miliki?

(oleh: Laily Hanifah dalam kesrepro.info)

Sumber: http://igama.or.id/index.php/artikel/436-seksualitas-merujuk-charmed-cycle-gayle-rubin

Sejuta Manfaat Sel Punca dalam Darah Tali Pusat

Darah dalam tali pusat bayi baru lahir bukanlah sembarang darah. Sejak tahun 1970-an, penelitian medis menemukan bahwa darah dalam tali pusat kaya dengan sel punca (stem cell). Sel punca adalah induk dari semua sel di dalam tubuh. Sel ini belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Misalnya, dapat dipicu tumbuh menjadi sel-sel pembentuk darah, sel otot jantung, sel saraf, sistem kekebalan tubuh, jaringan kulit, tulang, organ endokrin dan sebagainya.

Sumber Sel Punca

Ada dua jenis sel punca. Pertama, sel punca embrionik (embryonic stem cell) yang diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 - 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan), yang biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization).

“Kedua, sel punca dewasa (adult stem cell) yaitu sekumpulan sel yang berada dalam jaringan, darah, sumsum tulang, otak, hati, pankreas, misalnya,” urai DR Dr Rini Purnamasari SpA(K) dari RS Gandaria Kebayoran Baru.

Darah Tali Pusat

Nah, salah satu sumber sel punca adalah darah tali pusat. “Terdapat sejumlah darah sebanyak 40-120 mL yang berasal dari pembuluh darah balik (vena). Kemudian, darah tali pusat itu diisolasi dan diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan sel punca jenis adult,” paparnya.

Syarat Pengambilan

Dikatakan dr Rini, terdapat beberapa prasyarat yang musti dipenuhi ibu saat pengambilan sel punca darah tali pusat, antara lain kehamilan cukup bulan, tidak memiliki penyakit-penyakit tertentu, juga bukan merupakan persalinan sulit.

“Ada pula bank darah yang tidak memperbolehkan kliennya memiliki HIV-AIDS,” ujar dr Prima Progestian SpOG dari Brawijaya Hospital Woman & Children.

Cara Pengambilan

Untuk mendapatkan sel darah tali pusat ini, dr Rini menyebutkan ada dua cara:

In Utero. Pengambilan darah tali pusat dengan ari-ari (plasenta) masih berada dalam kandungan. Artinya, setelah bayi lahir, tali pusatnya dipotong. Lalu, tali pusat yang masih menempel di plasenta dijulurkan keluar rahim dan darahnya dialirkan melalui jarum steril. Setelah proses selesai, plasenta dikeluarkan.

Ex. Utero. Dilakukan pada plasenta yang sudah dikeluarkan dari rahim. Maksudnya, setelah bayi lahir, tali pusat dijepit dan dipotong. Sesaat kemudian, plasenta dikeluarkan dari kandungan dan ditaruh di meja khusus. Lalu, darah tali pusat dialirkan ke kantong steril melalui jarum steril. Umumnya proses pengumpulan ini berlangsung singkat. Dilanjutkan dr Prima, tali pusat yang hendak diambil darahnya dibersihkan dengan antiseptik. Lalu, tali pusat itu ditusukkan jarum steril yang mengalirkan darah ke dalam kantong darah.

“Aman, tidak sakit, prosedurnya cepat dan tidak memiliki risiko bagi ibu dan bayinya. Pengambilan darah biasanya sebanyak 2 kantong darah (blood bag),” tambah dr Nani Permadhi MBA-HCA, Direktur Medis StemCord Indonesia.

Penyimpanan

Setelah darah tali pusat terkumpul, “Darah berjumlah berkisar 40-120 mL ini dibawa ke laboratorium dan dilakukan proses isolasi sehingga menghasilkan sel punca sejumlah 2 mL saja. Hasil inilah yang selanjutnya disimpan dalam bank darah tali pusat,” sambung dr Rini.

dr Nani menambahkan bahwa StemCord mengirimkan blood bag itu secara aman – dikemas dalam suhu kamar - menuju laboratorium di Singapura, yang dikirim kurang dari 36 jam. Setelah itu, diproses dalam kondisi yang ketat. Kemudian, dibekukan dalam nitrogen cair dengan suhu – 180 derajat Celcius. Ternyata, sel punca darah tali pusat selama disimpan dalam suhu nitrogen cair dapat disimpan dalam jangka waktu tidak terbatas. Menurut dr. Rini, sel punca darah tali pusat ini dapat disimpan hingga 17 tahun.

Pemakaian

Bagaimana cara menggunakannya? “Jika sel punca darah tali pusat ini diperlukan, maka dilakukan proses pencairan (thawing). Sebelum melakukan thawing, diawali proses permintaan dari dokter yang akan melakukan transplantasi. Dicocokkan terlebih dulu antara donor dan penerima sel punca, juga diadakan tes terhadap kandungan sel punca yang tersimpan, dan sebagainya,” terang dr Rini.

Manfaat

Hingga kini sel punca darah telah dimanfaatkan memulihkan penyakit-penyakit darah seperti hematologi-onkologi (darah-kanker), kanker sel darah putih (leukimia), anemia aplastik, contohnya thalassemia,” sebut dr Rini.

Ditambahkan dr Nani, jenis-jenis penyakit yang bisa diatasi dengan sel punca tali pusat ini, antara lain leukimia akut, leukimia kronik, sindroma mielodisplastik, Stem Cell Disorders, Congenital (Inherited) Immune System Disorders, Other Inherited Disorders, Inherited Platelet Abnormalities, Plasma Cell Disorders, dan penyakit autoimun.

“Bahkan dalam masa mendatang – sekarang masih dalam tahap penelitian - sel punca ini dapat diaplikasikan dalam mengatasi gangguan-gangguan lainnya seperti Alzheimer, Cerebral Palsi, parkinson, stroke dan penyakit autoimun seperti lupus,” tutup dr Nani.

Sumber: http://igama.or.id/index.php/artikel/444-sejuta-manfaat-sel-punca-dalam-darah-tali-pusat