Wednesday, September 07, 2011

Penghargaan Untuk Pahlawan oleh Yayasan Gay-Lesbian & Gay 2011

”Penghargaan Pahlawan” oleh Yayasan The Lesbian & Gay dirancang untuk menampilkan kontribusi yang dibuat oleh individu, kelompok dan untuk organisasi, dan atas nama, komunitas lesbian, gay dan biseksual. Ini adalah kesempatan untuk merayakan keberanian mereka yang telah berani menantang homofobia, mencapai keuntungan yang signifikan bagi masyarakat kita dan berbagi dalam inovasi nilai-nilai The Lesbian & Gay Foundation’s, keragaman, keunggulan, keadilan, integritas dan keterlibatan. Ada total tujuh kategori yang dapat diajukan sebagai nominasi untuk penghargaan ini. Nominasi terbuka bagi siapa saja yang ingin memilih setiap kelompok, orang atau organisasi yang mereka percaya telah membuat perbedaan bagi kehidupan lesbian, gay dan biseksual .

Periode nominasi awal akan dari 29 July 2011-18 Agustus 2011.

Setelah periode nominasi awal, tiga besar nominator untuk setiap kategori penghargaan akan diajukan untuk pemungutan suara umum dari 19 Agustus 2011, pemenang kemudian akan diumumkan pada Upacara Penghargaan Khusus bagi Pahlawan Gay pada tanggal 22 September 2011.

Penghargaan ini penting karena mereka dipilih oleh Anda! Mereka adalah orang-orang di sekitar di kehidupan kita sehari-hari yang telah membuat kontribusi yang signifikan untuk mendukung Anda atau orang yang Anda sayangi. Tidak ada komite yang terlibat dalam memilih calon untuk dimasukkan dalam setiap putaran nominasi sehingga Anda benar-benar dapat menominasikan salah satu Anda tahu siapa yang Anda pikir pantas disebut Pahlawan Gay.

Ini bisa jadi, mereka adalah anggota keluarga Anda, seorang pekerja yang Anda pikir layak penghargaan khusus, sebuah organisasi yang Anda percaya pantas pengakuan khusus atau seseorang yang relawan yang meluangkan waktu mereka untuk mendukung orang lain, itu sepenuhnya terserah Anda!

Kita tahu bahwa ada banyak pahlawan di luar sana di masyarakat kita sehingga apa yang Anda tunggu?

Mari beritahu kami, siapa-siapa orang yang Anda pikir telah membuat perbedaan bagi kehidupan orang-orang lesbian, gay dan biseksual tahun ini.(diterjemahkan dari gaydio.co.uk)

disalin dari www.igama.or.id

Menguak Fenomena LSL (Laki-laki yang berhubungan Seks dengan Laki-laki)

Di Indonesia, fenomena keberadaan Laki-laki yang suka berhubungan seks dengan Laki-laki (LSL) sebenarnya sudah lama ada. Namun masyarakat umum tak banyak yang paham dan mengetahui secara pasti. Selain itu, komunitas LSL sendiri enggan menunjukkan keberadaan dan identitas seksual mereka secara terang-terangan. Kini sub-populasi LSL ini mulai meluas, tidak terbatas pada komunitas gay dan waria saja.

Namun ada kelompok pria lain yang suka melakukan hubungan seks sejenis, namun tidak mau dikategorikan dalam gay atau waria.

Komunitas LSL biasanya tertutup dan enggan menonjolkan diri di masyarakat. Itu tak mengherankan karena sampai sekarang keberadaan mereka masih menimbulkan sinisme di tengah-tengah masyarakat. Stigma dan diskriminasi dari masyarakat sangat kuat, apalagi di kalangan penganut agama. Dalih agama, budaya dan norma masyarakat menjadi pemicu penolakan dan pandangan negatif dari masyarakat Indonesia.

Kendati demikian, sejalan dengan perkembangan jaman dan era keterbukaan, kini para LSL ini sudah mulai mencari jenisnya dan membentuk komunitas tertentu yang mulai memperlihatkan jati diri. Mereka sudah terang-terangan berkumpul di suatu tempat bahkan mulai berani mengungkap identitas dan orientasi seksualnya.

Untuk waria cenderung mudah ditemui dalam profesi rias dan kecantikan, hiburan, dan profesi-profesi sektor informal yang memungkinkan mereka untuk bekerja tanpa terlampau dilecehkan dan didiskriminasi. Sedangkan untuk komunitas gay cukup sulit, karena visibilitasnya tidak serta merta nampak nyata. Memang untuk komunitas gay ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu gay terutup yang cenderung sembunyi sembunyi dalam mengekspresikan orientasi seksualnya. Jumlah gay tertutup ini cukup banyak dan tersebar di bergai profesi dan strata sosial. Dan gay terbuka, yang membuka status dan mengekresikan identitas dan orientasi seksualnya pada teman, keluarga hingga lingkungan ataupun masyarakat luas. Namun ani atau concern terhadjumlah gay terbuka ini sangat terbatas. Belakangan komunitas LSL ini banyak aktif di berbagai yayasan atau LSM yang bergerak dalam kegiatan penanggulangan HIV/AIDS. Bahkan mereka membentuk jaringan LSM yang khusus menangangani atau concern terhadap komunitas LSL, yaitu Jaringan Gay Waria dan LSL Lainnya Indonesia (GWL-INA).

Gay dan waria, tidak selalu tampak beda. Di banyak tempat di Indonesia gay berkumpul di tempat dugem yang beberapa mengadakan malam khusus gay, atau berkumpul di mall, taman, taman hiburan, terminal angkutan umum, pelabuhan, tempat fitnes, atau kolam renang. Belakangan akses internet juga dapat mempermudah bertemunya para gay. Banyaknya situs-situs jejaring social, seperti facebook, facelink, faceparty, netlog menjadi media bagi gay tertutup untuk menemukan teman sesama gay-nya. Bahkan situs jejaring social khusus kalangan gay, seperti: manjam, gaydar, gayromeo, gayindo, hi5, dll semakin mengeksiskan jalinan jejaring pertemanan dan seksual di kalangan gay tertutup dan gay terbuka.

Pelaku seks sejenis ini sebenarnya tidak hanya dipraktekkan oleh individu yang mengakui dirinya sebagai gay atau homo. Ada banyak pelaku-pelaku seks sejenis, namun dia akan sangat marah dan menolak jika disebut sebagai gay. Mereka umumnya melakukan hubungan sejenis karena beberapa faktor, seperti karena desakan atau dorongan birahi sesaat (eksperimen saat remaja), karena terpaksa (seperti di asrama putra atau di dalam penjara) hingga karena alasan ekonomi (seperti para gigolo yang juga melayani seks sejenis demi mendapatkan lembara rupiah) hingga yang melakukan hubungan sejenis karena variasi seks alternatif.

Belakangan di kota-kota besar, perilaku seks sejenis karena alasan variasi seks mulai marak. Para pria yang sukses dalam karier, mencoba melakukan hubungan sejenis demi membangun suatu imajinasi yang belum pernah dilakukan atau tidak mungkin karena adanya berbagai sebab. Dalam istilah kekinian, para pria yang melakukan hubungan seks sejenis, namun mereka menolak atau marah bila dilabeli sebagai gay, ini dikenal dengan LSL Lainnya.

Konsep 'menyimpang' atau 'penyimpangan' yang sering kali dijadikan alasan untuk menolak homoseksualitas dan transgenderisme, sejatinya harus dihilangkan. Karena setiap manusia harus melihat manusia lainnya berdasarkan pendekatan hak asasi manusia (HAM). Apalagi berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDJ), disebutkan, gay dan lesbi tidak dimasukkan dalam kategori gangguan jiwa dan deviasi seksual.
Sebabnya, keadaan tersebut merupakan manifestasi seksualitas manusia sebagaimana halnya dengan hetero dan biseksual.

Bagaimanakah Ciri-ciri Mengenali Pria Gay?

Bagi kebanyakan orang, mengenali sesorang apakah gay atau bukan, akan sangat sulit.
Akan tetapi, bagi sebagian orang, akan sangat mudah mengenali seorang cowok yang ada di depan dia, memiliki orientasi seksual penyuka sejenis atau tidak melalui insting dan feeling yang kuat. Dan hampir pasti, insting dan feeling tersebut dikenal dengan gaydar (gay radar) dapat menebak seorang pria itu gay atau bukan.


Gaydar seseorang akan mudah dilatih dan diasah dengan semakin banyak bergaul di dalam komunitas gay. Umumnya seorang gay yang sudah malang melintang di dalam pergaulan sejenis, akan memiliki tingkat atau level gaydar yang kuat, sehing a dapat menebak dan menilai sesorang cowok yang baru ditemuinya gay atau bukan.

Untuk masyarakat umum atau gay pemula yang ingin mengetahui dan ingin mengasah ketrampilan mengenali seseorang itu gay atau bukan, dapat melihat ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus pria gay.

Adapun ciri-ciri umum para Gay adalah:

  • Berpenampilan rapi dan modis. Hampir sebagian besar pria penyuka sejenis, sangat memperhatikan dan menjaga penampilannya dengan serapi dan semodis mungkin. Bagi sebagian masyarakat mengira, pria gay akan berpenampilan seperti wanita, seperti cara berbaju atau warna pakaian, serta make up wajah. Justru hanya sedikit dari pria gay yang melakukan hal itu. Dalam kehidupan modern, mereka cenderung bangga berpenampilan seperti layaknya pria biasa namun cenderung lebih rapi dan teliti. Bisa jadi mereka berjas dan berdasi serta tampil dandy. Namun yang umum, mereka lebih memilih pakaian press-body atau ketat. Hal ini dilakukan agar lekuk indah tubuh dan ototnya menonjol dan dapat menarik perhatian pria gay lainnya. Karena bentuk body bagi seorang gay adalah nilai jual tersendiri.
  • Tatapan matanya tajam, dan sering tanpa sadar sering mengagumi pria. Tatapan mata pria gay sangat khas dan tajam. Cara paling mudah untuk mengenali pria gay atau bukan, adalah melalui tatapan mata ini. Matanya akan sangat tajam dan menusuk hingga ke dalam. Matanya bisa tiba-tiba memperhatikan pria lain meskipun ia sedang berbicara dengan orang lain. Jika ada pria yang menarik baginya, ia akan memperhatikan pria tersebut dengan seksama. Atau mungkin saja dia akan beusaha untuk tebar pesona sebisa mungkin. Berbeda dengan pria hetero, saat bertatapan mata, dia akan secepatnya membuang muka atau mengalihkan pandangan ke arah yang lain. Tetapi sebaliknya, jika pria gay, dia akan menatap tajam dan melekat. Bahkan jika orang yang ditatap membalas menatap, dia tidak akan membuang muka, tetapi terus menatap dan selanjutnya tersenyum. Dan inilah yang menjadi pintu untuk saling mengenal, karena akan secara tiba-tiba dia mendekat dan menyodorkan tangannya untuk berkenalan. Bahkan beberapa pria gay lainnya, pura-pura menyapa dan pura-pura sok akrab.
  • Pakaian yang digunakan biasanya agak berbeda dari yang lain, sehingga cenderung menarik perhatian banyak orang. Selain begitu memperhatikan penampilan yang rapi dan telita. Pria gay cenderug memilih baju atau pakaian dengan warna yang menarik dan terang serta mencolok. Seperti warna baju hijau muda, kuning terang, bahkan warna ungu dan pink tidak tabu. Beberapa diantaranya memakai baju dan celana yang “tabrakan” dan cenderung strong, atasan kuning, bawahan hijau. Namun, untuk warna putih dan hitam juga cukup digemari dan menjadi pilihan dominan. Celana putih, sepatu putih cukup banyak jadi pilihan cara berbaju pria gay.
  • Bawaan tidak banyak bicara (Kecenderungan pendiam) atau sebaliknya malah banyak bicara (cerewet). Kecenderungan ini juga tidak dapat digeneralisir. Sebagian dari mereka berlaku pendiam saat berada dalam lingkungan umum namun justru aktif dalam lingkungannya (sesama Gay). Bahkan termasuk jika dia dan kelompoknya berada di tempat umum sekalipun umumnya hal ini dilakukan oleh pria gay yang sudah open status. Mereka akan sangat banyak bicara dan cenderung bawel dan cerewet jika sedang ngobrol, baik dengan kelompoknya atau dengan orang sekelilingnya. Sedangkan untuk pria gay tertutup atau biseks, mereka leih banyak pendiam. Dimana kepribadiannya cenderung tertutup dan jika tidak tahu, orang akan keliru menafsirkan bahwa ia pria yang berwibawa.
  • Selalu memakai pengharum tubuh dengan bebauan yang sedikit berani. Hal ini dilakukan agar aroma tubuhnya dapat menarik sekelilingnya. Dan penggunaan parfum ini menyesuaikan dengan penampilan rapi dan modisnya. Namun, aroma yang dipilih umumnya aroma yang cukup kuat. Beberapa diantaranya bahkan menggunakan aroma parfum untuk wanita. Hal ini dilakukan sesuai kepribadian dia yang cenderung lebih feminin.
  • Bertindak kehati-hatian dalam segala hal pekerjaan yang sedang dia kerjakan. Karena sifat mereka yang terkadang cenderung perfeksionis dan teliti maka terkadang orang menilainya menjadi sangat hati-hati dan jarang mengambil keputusan beresiko. Dalam pekerjaan, dia akan teliti dan nampak rapi. Termasuk bagaimana mengatur ruangan dan meja kerja, akan sangat rapi dan bersih. Bahkan akan menempatkan benda-benda atau aksesoris tambahan, seperti bunga ataupun pernak-pernik lain.

Ada juga ciri-ciri khusus, yang berlaku diantara komunitas gay tertentu. Pada jaman dahulu, ketika era keterbukaan tidak seperti saat ini. Ciri-ciri khusus ini menjadi patokan dan menjadi penera bagi pria gay untuk saling mengenal dan dikenal oleh sejenisnya di tempat tempat umum.

Namun saat sekarang, ciri-ciri khusus ini sudah mulai ditinggalkan dan jarang dipakai oleh komunitas gay. terutama bagi mereka yang hidup di perkotaan, dengan tingkat jejaring social yang cukup luas. Akan tetapi di beberapa daerah yang masih terbilang terpencil dan jumlah komunitas gay-nya masih terbatas, ciri-ciri khusus ini kadang sering digunakan.
Ciri khusus tersebut antara lain:

  • Anting-anting di telinga kanan. Umumnya anting-anting di kalangan pecinta musik rock atau punkers adalah di telinga kiri. Namun pria gay, justru menindik telinga dan memakai anting-anting di telingan kanannya.
  • Cincin di jari keliningking kiri. Penggunaan cincin di jari kelingking ini masih banyak digunakan oleh pria gay sampai saat ini. Aksesoris di jari tangan ini, sengaja memilih jari kelingking, bukan di jari manis atau jari tengah seperti kebanyakan pria.
  • Saputangan di saku celana belakang. Penggunaan saputangan yang diselipkan dan menyembul di saku celana belakang, memiliki makna berbeda beda sesuai dengan warnanya. Seperti warna hijau untuk gay yang siap dianal, atau warna saputangan merah untuk gay yang top dan maunya menganal saja. Namun saat sekarang, penggunaan saputangan ini sudah jarang digunakan lagi.


Ciri-ciri ini hanya sebagian kecil saja, dan belumlah lengkap semuanya karena dari banyak pria Gay yang ada di beberapa daerah berbeda, mereka masing-masing cenderung masih mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga sulit untuk dispesifikasi secara umum.
Ciri-ciri yang disebutkan diatas juga tidak selalu berlaku demikian, karena ada yang memenuhi satu atau dua ciri ciri tersebut namun orientasi seksualnya heteroseks. Untuk itu perlu cermat dan pendalaman yang lebih, agar tidak salah orang.

disalin dari www.igama.or.id

Eropa Tak Sambut Pemohon Suaka Homoseksual

Eropa, termasuk Belanda, sering menolak pencari suaka homoseksual. Alasannya? karena dianggap tak cukup 'gay' alias kurang meyakinkan jika benar-benar gay atau homoseks. Demikian hasil penelitian COC, organisasi perlindungan kaum homoseksual di Belanda dan Vrije Universiteit Amsterdam.
Di negeri asalnya para pemohon suaka ini, umumnya mereka didiskriminasi, dipenjara atau dibunuh. Tiap tahun sekitar 10 ribuan orang mencari suaka di Eropa atas dasar identitas seksual. Di Belanda sendiri ada 200 pemohon.

Tapi, sayang, tak semua negara menyambut dengan tangan terbuka. Seorang lelaki asal Kamerun harus lari ketika tetangganya tahu ia punya pacar sesama jenis. Permintaan suaka dia di Inggris ditolak. Menurut dinas imigrasi, lelaki tersebut bisa saja pindah ke daerah lain yang lebih aman di Kamerun.

Bertentangan HAM
Thomas Spijkerboer dari Vrije Universiteit Amsterdam meneliti proses permohonan suaka kelompok homoseksual di 27 negara anggota Uni Eropa. Dia tak memiliki jumlah persis pengajuan, namun menemukan kesamaan pengelolaan dalam kasus tersebut. Cara pihak imigrasi menangani permintaan itu kadang kala bertentangan dengan hak-hak azasi manusia. Laporan dituangkan dalam dokumen 'Fleeing Homophobia'.

"Permohonan suaka sering ditolak berdasar prasangka buruk dan stereotip. Sangat keterlaluan jika tidak percaya dengan si pemohon, karena ia tidak cukup bertingkah seperti seorang homoseksual. Mereka ragu dengan kisah perempuan lesbian, sebab mereka tidak tahu bagaimana hukuman atas homoseksual di negara pengaju. Tak masuk akal jika memutuskan sesuatu atas dasar rasa kepercayaan," kata Spijkerboer.

Negara-negara Eropa malah menuntut pencari suaka tidak tampil berlebihan dalam menunjukkan identitas mereka sebagai seorang homoseksual di negara asal. Maksudnya supaya aman. Pemerintah Belanda menyanggah pihaknya turut melakukan hal tersebut. Toh hal itu tidak 100 persen benar. Dinas Imigrasi dan Naturalisasi Belanda memulangkan seorang perempuan dari Sierra Leone dengan anjuran, menyembunyikan identitas seksual dia.

"Belanda memang tak mencantumkan itu dalam peraturan, tapi kenyataan berbicara lain. Ditambah lagi setiap pemohon suaka tak akan serta merta bilang dirinya homoseksual karena malu atau takut. Pada pertemuan kedua baru ia menyatakan dirinya homoseksual. Hakim tak memeriksa fakta kedua ini. Belanda satu-satunya negara di Eropa yang melakukan hal itu," ujar Spijkerboer.

Hal ini diamini oleh COC, organisasi advokasi hak-hak homoseksual di Belanda.

"Seorang homoseksual asal negara-negara yang sangat mengharamkan perilaku itu, tak mudah terbuka. Mereka, akibatnya, mengalami masalah besar di pusat penampungan peminta suaka. Bila dipulangkan, ia dan keluarganya, bakal mengalami kesulitan," ungkap Wouter Neerings, ketua COC.

Disalahgunakan
Walau demikian Thomas Spijkerboer, pengajar Vrije Universiteit, universitas terkemuka di Amsterdam, mengakui sulit mengetahui apakah yang bersangkutan benar seorang homo atau lesbi. Sejumlah pemohon suaka memanfaatkan hal tersebut untuk memperbesar kemungkinan mendapat ijin tinggal. Beberapa anggota parlemen mencemaskan itu pada tahun 2006, di mana kementrian urusan orang asing memutuskan, homoseksual asal Iran wajib diberi ijin tinggal.

Laporan 'Fleeing Homophobia' bermaksud memberi perhatian atas kebijakan permohonan suaka kelompok homoseksual di negeri Belanda, dan setelah itu, Uni Eropa.